Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Sejarah Kerajaan Islam Huamual Dan Kisah Perempuan Kecil

 Donwload e-book pdf disini !

KLIK GAMBAR UNTUK DOWLOAD PDF

Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy As-Seramiy Ghofarohullohu wa Rodhiya 'Anhu

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده
أما بعد:

Kepulauan seribu adalah nama lain dari Maluku, karena pada hakekatnya terdapat padanya pulau-pulau yang sangat banyak.
Maluku adalah suatu istilah yang diambil dari bahasa Arob yaitu Muluk (para raja), karena penduduk yang pertama kali masuk ke Kepulauan Seribu setelah bangsa Alifuru adalah dari keturunan Arob.

Ketika terjadi fitnah Nawashib di jaziroh Arobiyyah maka banyak dari Ahlulbait (keturunan Bani Hasyim dan Bani Abdil Muththolib) dan kaum muslimin yang bersama mereka melakukan hijroh, hingga terpencar-pencar, dan yang banyak dari mereka menyebrangi samudra Hindia, ketika mereka sampai di pesisir pantai di pulau Sumatra maka mereka singgah dan beradaptasi dengan kaum muslimin yang ada di sana, mereka mempelajari bahasa Melayu ketika di sana.

Sebagian yang lain terus melakukan perjalanan menelusuri samudra Nusantara, hingga sampai ke Kepulauan Seribu, dan ketika itu tidak ada penghuni dari manusia kecuali manusia dari bangsa Alifuru, mereka pun tertarik dengan daerah tersebut hingga mereka menetapkan untuk tinggal padanya, dan terus menda'wahi manusia dari bangsa Alifuru untuk memeluk Islam, hingga sebagian dari mereka masuk Islam, dan yang tidak memenuhi seruan Islam maka mereka berpindah ke pedalaman hutan Masohi-Maluku Tengah, dan yang lainnya lagi ke pedalaman pulau Buru.

Sebagian yang lain dari para pendatang itu kembali ke pesisir pantai Sumatra untuk mengabarkan keadaan di Kepulauan Seribu, sehingga dengan sebab itu berlayarlah kapal-kapal membawa rombongan besar mereka, dan ini bertahap-tahap, setiap rombongan memilih di pulau mana yang cocok bagi mereka untuk tempati.


Setelah terbentuk komunitas besar, di seluruh tempat di Kepulauan Seribu dinamai dengan nama Maluku, dan pada tiap-tiap daerah dibentuk kerajaan, dan bahasa yang digunakan sudah bercampur-campur antara Arob dengan bahasa peninggalan Alifuru dan bahasa Melayu, dan yang paling mendominasi bahasanya adalah bahasa Melayu yang dipelajari ketika di Sumatra.

Awal sampai mereka ke Jaziroh Huamual ini adalah membangun Masjid, dan ajaran Islam serta syi'ar-syi'ar Islam mulai tampak walaupun sudah tidak murni dalam berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah karena banyaknya pengaruh adat istiadat dan budaya yang didapati selama di perjalanan.


MENGENAL KERAJAAN HUAMUAL

Kerajaan Huamual terletak di pulau Seram Bagian Barat, dan ketika itu wilayah kekuasaannya mencapai banyak pemukiman, dan ini sebelum datangnya penduduk dari Sulawesi dan sebelum datangnya penjajah Kafir.
Ibu kota kerajaan Huamual adalah Luhu, dibalik gunung Luhu terdapat pula satu pemukiman yang dinamai dengan Seri Kambelo, gunung yang membatasi ibu kota kerajaan Huamual dengan pemukiman Seri Kambelo adalah gunung Malintang, dari gunung ini terlihat laut ibu kota Huamual dan laut Seri Kambelo serta terlihat pula pulau-pulau sekitarnya.
Disekitar pemukiman Seri Kambelo masih berbentuk hutan dan belum dihuni oleh manusia, karena penduduk dari Sulawesi belum berdatangan.


KEKAYAAN ALAM HUAMUAL

Sesungguhnya Alloh Ta'ala telah melimpahkan kekayaan alam kepada jaziroh Huamual, diantaranya:
* Pepohonan dan rempah-rempah; cengkeh, pala, kopi, coklat, dll.

* Bahan makanan; sagu, jagung, singkong, ketela, keladi, kentang, beras, dll.

* Jenis-jenis pohon dan tanaman yang buahnya dimakan; kelapa, mangga, durian, langsat, apokat, nangka, jambu, jambu mete, rambutan, pepayah, nenas, semangka, pare, labu, sarikaya, belimbing, duwet (tomi-tomi), nam-nam, babakuru, macam-macam tebu, salam, macam-macam jeruk, dan salak, dll.

* Jenis-jenis pohon dan tumbuhan untuk bumbu-bumbu; Kayu manis, kunyit, macam-macam jahe, macam-macam cabe, kemangi, tembulawak, dll.

* Jenis-jenis pohon dan tanaman untuk sayur-sayuran; sayur paku, sayur jamu (hulampi), sayur matel, malinjo (genemo), tunas bambu (raboo), jantung pisang, tunas aren, tunas kelapa, nangkaa (ndanga), daun singkong, daun ketela, pepaya (daun, bunga dan buahnya), dll.

* Macam-macam kayu dan tumbuhan; kayu putih, rotan, gaharu, aren, dll.

* Macam-macam burung; kakatua raja, elang, kaka tua kecil, burung onta, halo, merpati hutan, ayam kampung, ayam hutan, kasturi, toi, kokopini, kasui-sui, kawuawula, kaswari, bango (koho), bebek, bebek laut, angsa, itik, dll.

* Macam-macam hewan: rusa, sapi, sapi hutang, kambing, dll.

* Macam-macam ikan, udang laut, udang sungai, macam-macam cumi, morea, dll.

Kekayaan alam seperti itu merupakan suatu keni'matan bagi masyarakat Huamual, bila mereka syukuri dan mereka menjadikannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Alloh Ta'ala maka Alloh akan berkahi, Alloh Ta'ala berkata:


(وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ)

"Dan Alloh membuatkan suatu permisalan dengan suatu kampung, yang keberadaannya aman sentosa lagi tentram, rezqinya datang melimpah ruah dari setiap tempat, tetapi penduduknya mengingkari ni'mat-ni'mat Alloh, maka Alloh merasakan kepada mereka dengan diliputkan kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat".


MASUKNYA PENJAJAH KAFIR KE MALUKU DENGAN MEMBAWA ADAT KEKUFURAN

Setelah kerajaan-kerajaan di Jaziroh Maluku tumbuh dan berkembang, mulailah berdatangan kaum kafir dari Eropa, baik dari Spanyol, Protugis, Belanda dan Inggris (Britonia), masing-masing mereka menginginkan rempah-rempah dan kekayaan bumi Maluku, bersamaan dengan itu mereka mulai menyerukan agama mereka, yang beragama Kristen-Katolik menyerukan agama yang mereka anut, yang beragama Kristen-Protestan menyerukan agama yang mereka anut, yang keadaan mereka telah Alloh Ta'ala jelaskan di dalam Al-Qur'an:

(وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ)

"Dan tidak akan pernah ridho kepadamu orang-orang Yahudi dan tidak pula Nashroni (Kristen) sampai kamu mengikuti agama mereka, katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Alloh adalah petunjuk (yang benar) dan jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang kepadamu dari suatu ilmu maka tidak ada bagimu dari Alloh perlindungan dan tidak pula pertolongan".

Walaupun keberadaan kaum muslimin ketika itu tidak murni berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah namun fithroh (pembawaan) mereka masih suci, ketika mereka melihat orang-orang kafir itu datang membuat kemungkaran, mabuk-mabukan, judi, zina, suka parlente, memakan babi dan anjing serta merampas harta dan menyebarkan agama palsu dan agama rusak mereka maka kaum muslimin dengan perintah dari raja untuk bangkit melakukan pengingkaran hingga terjadi peperangan, kaum kafir pun datang dengan menyerang kerajaan Huamual dengan komando Jenderal mereka, sedangkan kaum muslimin dengan perintah raja melalui komando panglima perang yang diberi gelar oleh raja dengan nama "kapitan" mengokohkan penjagaan di tepi-tepi laut, dibangun benteng di pinggir pantai ibu kota kerajaan, juga di pinggir pantai pemukiman Seri Kambelo dibangunkan benteng untuk mencegat masuk dan bersandarnya kapal-kapal kaum kafir penjajah.

Dan persenjataan para prajurit kerajaan ketika itu hanyalah parang (semisal pedang), golok, tombak, panah, bambu runcing, belati dan sangkur, sedangkan kaum kafir penjajah memiliki berbagai macam persenjataan; senapan, pistol berlaras, meriam dan setiap tentaranya mengenakan pedang pula.

Dengan pertolongan Alloh Ta'ala kerajaan Huamual ini teranggap kuat, hingga bala tentara kaum kafir tidak bisa menduduki Huamual terkhusus ibu kota Luhu dan Seri Kambelo, Alloh Ta'ala berkata:

(وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ ۗ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ)

"Dan tidaklah Alloh menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira bagi kalian, dan untuk menentramkan hati kalian dengannya, dan tidaklah datang pertolongan itu melainkan dari sisi Alloh yang Al-Aziz lagi Al-Hakim".

Bila raja Huamual meninggal dunia maka penggantinya akan bangkit melanjutkan perjuangan.

Sekitar tahun 1810 Masehi, ketika kaum kafir penjajah tersibukan dengan perlawanan dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang masih di dalam jaziroh Maluku maka raja Huamual mengirimkan bala tentaranya untuk membantu kerajaan-kerajaan Islam tersebut dalam memerangi kaum kafir penjajah, apa yang dilakukan oleh raja yang mulia ini sebagai bentuk dari ukhuwah Islamiyyah yang disebutkan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:

«المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا»

"Seorang mu'min dengan mu'min lainnya seperti satu bangunan, saling menguatkan sebagiannya atas sebagian yang lain". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari hadits Abu Musa Al-Asy'ariy Rodhiyallohu 'Anhu.
Di dalam riwayat lain dari hadits An-Nu'man bin Basyir Rodhiyallohu 'Anhu dengan lafazh:

«مثل المؤمنين في توادهم وتعاطفهم كمثل الجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد»

"Permisalan orang-orang beriman dalam kecintaan mereka dan belas kasih mereka seperti permisalan satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh mengeluh (kesakitan) maka membawanya kepada seluruh tubuh (dalam merasakan rasa sakit)".
Dalam suatu riwayat yang lain dengan lafazh:

«المسلمون كرجل واحد، إن اشتكى عيله اشتكى كله، وإن شتكى رأسه اشتكى كله»

"Orang-orang muslim seperti tubuh seorang diri, jika dia mengeluh (kesakitan pada) matanya maka mengeluh pula seluruh (tubuh)nya, jika dia mengeluh (kesakitan pada) kepalanya maka mengeluh pula seluruh (tubuh)nya".


HUBUNGAN KERJA SAMA DENGAN KAUM MUSLIMIN DI LUAR JAZIROH MALUKU

Bersamaan dengan kesibukan memerangi kaum kafir penjajah dan membantu kerajaan-kerajaan Islam lainnya dalam memerangi kaum kafir penjajah, pihak kerajaan juga terus menjalin ukhuwah Islamiyyah dengan penduduk di luar Maluku, dijalin hubungan kerja sama dengan para guru ngaji (pengajar baca tulis Al-Qur'an) dalam mengajarkan Al-Qur'an kepada kaum muslimin, walaupun pada zaman tersebut tidak tersebar kitab-kitab hadits namun mushhaf Al-Qur'an tersebar luas, dan ketika itu rumah-rumah guru ngaji seakan-akan markiz besar dipenuhi oleh para murid, mereka sangat perhatian dalam mempelajari tata cara membaca Al-Qur'an, dan mereka selalu mewariskan tugas mulia ini kepada anak cucu mereka, bila guru ngaji meninggal dunia maka anaknya atau menantunya akan meneruskan tugas mulia tersebut, hal ini karena memang memiliki keutamaan yang besar, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:

«خيركم من تعلم القرآن وعلمه»

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari hadits Utsman bin Affan Rodhiyallohu 'Anhu. Dan di dalam suatu riwayat pada Al-Bukhoriy dengan lafazh:

«أفضلكم من تعلم القرآن وعلمه»

"Paling utamanya kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya".
Ketika ada salah seorang guru ngaji dari desa Dongkala (Kondowa)-Pasar Wajo-Buton datang berkunjung ke kerabatnya di pemukiman Seri Kambelo di kerajaan Huamual maka beliau disambut dengan baik dan beliau dimuliakan, ketika beliau kembali ke Dongkala maka kerabatnya menitipkan anak prempuan yang masih kanak-kanak, dengan perantara dan da'wah guru ngaji ini, di Dongkala mulai tersebar nama-nama yang Islamiy, dan anak kecil yang dibawa ke Dongkala ini bernama Khodijah atau yang dikenal oleh masyarakat Dongkala dengan nama Halijah.


KHODIJAH AL-HUAMUALIYYAH ROHMATULLOHI 'ALAIHA TIBA DI DONGKALA

Ketika sampai di Dongkala anak kecil ini sangat susah untuk beradaptasi, lebih-lebih ketika guru ngaji sibuk keluar rumah maka anak prempuan kecil ini menangis karena ia berbahasa Melayu sedangkan ibu angkat dan seluruh masyarakat Dongkala berbahasa Holimombo-Buton, bila anak kecil ini menangis karena kangen kepada ibu kandungnya yang ditinggal di kerajaan Huamual, sambil memanggil "mama" maka istri guru ngaji langsung mengunyahkan makanan untuknya, karena istri guru ngaji ini mengira bahwa anak tersebut menginginkannya, istri guru ngaji ini menganggap bahwa anak kecil tersebut masih belum lancar bicara, bila menyebutkan "kamama" maka terucapkan "mama", padahal mau anak tersebut memanggil ibu kandungnya. Bila anak kecil itu menyebut "kain" maka istri guru ngaji bertambah sedih, kasihan apa yang kurang dari anak ini, sampai mengeluh begini?, karena "kain" dikenal di Dongkala dengan "serba kurang", padahal yang diinginkan oleh anak kecil itu adalah kain (pakaian) untuk menutupi tubuhnya dari rasa dingin, ketika datang guru ngaji, beliaupun mengajarkan istrinya beberapa ma'na dari kata-kata dalam bahasa Melayu yang sering diucapkan oleh anak prempuan kecil tersebut.

Perbedaan dan beraneka ragamnya bahasa seperti ini merupakan ayat (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Alloh Ta'ala, Alloh Ta'ala berkata:

(وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ)

"Dan termasuk dari ayat-ayat-Nya adalah menciptakan langit-langit dan bumi, dan perbedaan bahasa kalian dan warna kulit kalian, sesungguhnya yang demikian itu adalah benar-benar  termasuk tanda-tanda bagi alam semesta".


PERTUMBUHAN KHODIJAH AL-HUAMUALIYYAH ROHMATULLOHI 'ALAIHA

Anak prempuan kecil ini kemudian tumbuh besar di lingkungan guru ngaji, rajin sholat lima waktu dan puasa Romadhon serta menunaikan zakat, karena ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:

«بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله، وأن محمدًا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج البيت»

"Islam dibangun di atas lima (perkara): Persaksian bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah Rosululloh, menegakan sholat, menunaikan zakat dan puasa Romadhon serta haji di Ka'bah". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari hadits Abdulloh bin Umar Rodhiyallohu 'Anhuma.

Ketika Khodijah Al-Huamualiyyah sudah dewasa, ia pun dinikahkan di Dongkala, dari pernikahannya ia memiliki tiga anak prempuan, dan ia terus menetap di Dongkala sampai suaminya meninggal dunia, kemudian anak prempuannya menikah di Dongkala dengan seorang imam masjid Dongkala yang bernama Hadiyyina, dari pernikahan ini lahirlah Ummu Harmin Al-Limboriyyah, dalam usia masih kanak-kanak kedua orang tua Ummu Harmin meninggal dunia, Ummu Harmin pun menjadi yatim piatu, ia pun tinggal bersama nenek dan bibinya Ummu Dengo (Ina Dengo).


MASYARAKAT BUTON MULAI BERPINDAH KE KERAJAAN HUAMUAL

Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka, sekitar tahun 1936-an sudah mulai ramai penduduk Buton berdatangan ke Jaziroh Huamual, lahan-lahan di sekitar Seri Kambelo mulai dibangunkan pemukiman, di sebelah kiri Seri Kambelo dibangun pemukiman dinamai dengan Talaga, dan semenanjung sekitar itu banyak pula pemukiman yang terkadang hanya berjarak 1 KM, dan di sebelah kanan Seri Kambelu sekitar 1,5 KM jaraknya terdapat pemukiman dinamai dengan Nasiri, setelah itu ada lagi pemukiman dinamai dengan Lirang, setelah ini ada lagi pemukiman dinamai dengan Limboro, dan semenanjung sekitar itu banyak pula pemukiman yang terkadang hanya berjarak 1 KM.

Mereka yang rajin bertani maka mereka memperoleh banyak tanah, karena tanah dan hutan di Huamual ketika itu tidak ada yang miliki, jadi bebas bagi pendatang memilih tanah dan hutan yang disenangi, kecuali di pesisir pantai sudah ditanami pohon-pohon kelapa, dan pohon-pohon kelapa tersebut kebanyakannya adalah milik raja Huamual yang terus diwariskan kepada anak-anaknya, dan selahan kebun kelapa berada di Tanjung Erang adalah miliki kakek Khodijah Al-Huamualiyyah.

Pada tahun 1945 Masehi, setelah Indonesia merdeka Khodijah Al-Huamualiyyah bertekad untuk kembali ke negri asalnya di Huamual, ia pun berangkat bersama cucunya (Ummu Harmin) yang masih kecil, dengan disertai putrinya selaku bibi Ummu Harmin dengan ditemani suami putrinya selaku menantunya yang bernama Maruhadi atau dikenal dengan Dengo (yang ketika itu beliau menjabat sebagai komandan TNI), beliau sebagai mahrom bagi istri dan mertuanya dalam menemani perjalanan menyebrangi lautan Buru hingga sampai ke Huamual, demikianlah tuntunan Islam bagi para wanita yang safar wajib ditemani mahrom, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:

«لا تسافر المرأة إلا مع ذي محرم».

"Tidak boleh safar seorang wanita kecuali bersama mahromnya".

Kemudian setelah sampai ke Huamual, dan para penjajah Belanda sudah meninggalkan Nusantara maka pahlawan Nasional komandan Maruhadi memilih untuk meninggalkan jabatannya dan memilih menjadi rakyat biasa yang suka bertani dan nelayan, supaya terus mengenang kepahlawanannya mereka pun menamai salah seorang anaknya dengan nama Dengo.


KEADAAN KERAJAAN HUAMUAL SETELAH INDONESIA MERDEKA

Setelah Indonesia merdeka, kerajaan Huamual ini dimekarkan wilayah kekuasaannya, ibu kota Huamual (Luhu) dijadikan desa, sedangkan rajanya dijadikan sebagai kepala desa dengan tetap bergelar sebagai "raja", dan pemukiman sekitarnya dijadikan sebagai dusun-dusun kecuali Waisala dijadikan desa dan kepala desanya dikatakan pula sebagai "raja".


HUBUNGAN PERSAUDARAAN ANTARA PENDUDUK ASLI HUAMUAL DENGAN PARA PENDATANG

Ketika orang-orang asli Huamual yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Khodijah Al-Huamualiyyah mengetahui bahwa ia telah kembali ke Huamual dan mukim di Limboro mereka pun berdatangan menziarohi, yang dari Seri Kambelu pak Samin dan keluarga datang berkunjung, begitu pula yang mukim di pemukiman Taniwel berdatangan menziarohi, begitu pula yang di Luhu, semua ini adalah bentuk dari perealisasian adat istiadat Arob yang berhubungan dengan kekeluargaan dan kekerabatan, dan ini dicocoki serta ditetapkan di dalam Islam sebagai amal sholih, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:

«زار أخ أخًا له في قرية فأرصد الله على مدرجته ملكًا، فلما أتى عليه، قال: أين تريد؟ قال: أريد أخًا لي في هذه القرية، قال: هل لك من نعمة تربها عليه؟ قال: لا، غير أني أحببته في الله، قال: إني رسول الله إليك أن الله قد أحبك كما أحببته فيه»

"Seorang saudara menziarohi saudaranya di suatu kampung maka Alloh mengawaskan di tempat jalannya dengan malaikat (berbentuk manusia), maka tatkala sampai kepadanya, malaikat tadi bertanya: Kemana kamu ingin pergi?. Saudara tadi menjawab: Aku ingin (ziarohi) saudaraku di pemukiman ini. Malaikat bertanya lagi: Apakah ada pemberian yang akan kamu berikan kepadanya?. Saudara tadi menjawab: Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena Alloh, maka malaikat tadi berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu dan sesungguhnya Alloh benar-benar telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Alloh". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Huroiroh Rodhiyallohu 'Anhu.

Adat kebiasaan yang agung ini terus diamalkan kaum muslimin Huamual, bahkan dididik para anak untuk membiasakan adat ini, Khodijah Al-Huamualiyyah mendidik putrinya Ummu Harmin, bahkan ketika cucunya Abul Abbas Harmin lahir di Limboro dan ia yang mengasuhnya dan mendididiknya dengan adat yang mulia ini, maka ketika Ustadzuna Abul Abbas Harmin dewasa maka beliau mencari kerabat-kerabat dan keluarga-keluarga ibu-bapaknya, beliau menyempatkan ke Dongkala-Buton untuk menziarohi kerabat-kerabat dan keluarga-keluarga ibu-bapaknya, bahkan beliau menyempatkan diri ke Flores-NTT untuk menziarohi saudari tiri ibunya (dari putri Hadiyyina Imam masjid Dongkala).

Begitu pula ke Ambon karena ada keponakan neneknya bernama Hasan Nurlette, beliau ziarohi, bahkan yang terakhir sebelum beliau meninggal dunia, beliau bertekad ke Irian Jaya untuk menziarohi kerabat dari bapaknya. Dan kami ketahui bahwa tidak seorang pun kalau beliau kenal termasuk dari keluarga dan kerabat nenek dan kakeknya maka beliau akan ziarohi, Rohimahullohu wa Rodhiya 'Anhu.

Adat dan budaya Islamiy ini terus diamalkan dan dilestarikan oleh mereka, yang diziarohi juga memberikan pelayanan yang bagus kepada para penziaroh dan para tamu, dan ini terus dilestarikan, ketika datang para penuntut ilmu pada tahun 2000 Masehi untuk berda'wah dan mereka menetap di masjid Seri Kambelo dan yang lain di perumahan guru di Limboro, mereka mengakui adat dan budaya yang bagus ini, ini juga termasuk adat yang mencocoki Islam dan bahkan termasuk ajaran Islam, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:

«من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه»

"Barang siapa yang dia beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu 'Anhu, dan bahkan dalam riwayat lain dijelaskan bahwa diwajibkan menjamu tamu dalam tiga hari pertama, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:

«من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه جائزته», قالوا: وما جائزته يا رسول الله؟ قال: «يومه وليلته، والضيافة ثلاثة أيام، فما كان وراء ذلك فهو صدقة عليه»

"Barang siapa yang dia beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya jaizatuh". Para shohabat bertanya: Apa jaizatuh itu wahai Rosululloh?,

beliau menjawab: "Sehari dan semalamnya, dan menjamu tamu (yang wajibnya) adalah tiga hari, apa yang keberadaanya lebih dari itu maka dia adalah sedekah".

Selesai ditulis pada tanggal 8 Robiuts Tsaniy 1436 di Sana'a-Yaman Jaziroh Arobiyyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar